PDM Kota Lhokseumawe - Persyarikatan Muhammadiyah

 PDM Kota Lhokseumawe
.: Home > Artikel

Homepage

MENJADI GURU KREATIF

.: Home > Artikel > PDM
16 November 2011 15:02 WIB
Dibaca: 1711
Penulis : Ilam Maolani

Seiring dengan semakin meningkatnya perhatian pemerintah terhadap profesi guru, terlebih lagi dengan adanya program sertifikasi guru, maka perbincangan tentang guru tidak akan pernah berhenti dan selalu menarik serta aktual. Zaman dahulu profesi ini seakan-akan dicibiri, namun kini justru berubah 180 derajat, profesi ‘oemar bakri’ ini justru semakin diminati dan ‘dicemburui’. Hampir setiap hari di  media massa kita dapat membaca good news, best news, atau bad news tentang profesi yang satu ini, baik yang berhubungan dengan sertifikasi guru, pengangkatan guru honorer, penilaian terhadap guru bersertifikat, maupun berita tentang kasus-kasus yang menimpa guru.

Dengan meningkatnya status profesi guru, maka berimplikasi pada pembuktian bagi semua guru untuk menunjukkan pada masyarakat bahwa mereka betul-betul bisa menampilkan sosok guru yang profesional dan berkompeten. Guru yang menjadi idaman, teladan sekaligus panutan para peserta didik. Satu diantara sekian banyak tuntutan yang harus dibuktikan oleh guru adalah kreatifitasnya dalam mengajar.

C.P. Chaplin dalam buku Kamus Lengkap Psikologi (1999: 117) menyatakan bahwa kreatif artinya penggunaan atau upaya memfungsikan kemampuan mental produktif dalam menyelesaikan atau memecahkan masalah, atau upaya pengembangan bentuk-bentuk artistik dan mekanis, biasanya dengan maksud agar orang mampu menggunakan informasi yang tidak berasal dari pengalaman atau proses belajar secara langsung, akan tetapi berasal dari perluasan konseptual dari sumber-sumber informasi tadi. Pengertian ini mengandung makna bahwa kreatif berkaitan erat dengan pengembangan dan perluasan dari asal atau bentuknya yang asli.

Dengan demikian guru kreatif adalah guru yang selalu berusaha untuk mengembangkan dan memperluas proses pembelajaran yang selama ini dianggap statis dan baku. Guru kreatif adalah guru yang anti kemapanan, ia punya ide-ide cerdas dan brilian dalam meningkatkan mutu pendidikan, memiliki keingintahuan yang besar dalam mencoba, menemukan dan meneliti sesuatu yang dapat mendongkrak kualitas pembelajarannya.

Guru kreatif ibarat air yang mengalir. Bila di suatu tempat dibendung atau dihambat supaya tidak jalan, air itu akan berbulak-belok ke arah lain untuk mencari celah-celah sehingga bisa dilalui. Seberat apapun permasalahan yang ada dalam dunia pendidikan, bagi guru kreatif selalu berusaha mencari berbagai alternatif atau solusi pemecahan masalahnya. Apabila solusi yang satu mentok, maka dicari solusi yang lain, begitulah seterusnya, sehingga permasalahan tersebut bisa diatasi dengan baik dan tuntas.

Guru kreatif tidak terbawa oleh irama guru lain yang stagnan. Guru kreatif tertarik akan sesuatu yang baru dan bersifat positif. Bila guru lain hanya mengajar dengan satu metode dan atau satu media, maka guru kreatif menggunakan multi/variasi metode dan atau multi/variasi media. Guru kreatif bukanlah guru yang datang ke sekolah menyampaikan materi pelajaran saja. Ia tidak peduli apakah materi itu dipahami oleh peserta didik atau tidak, yang penting baginya adalah transfer of knowledge, sementara transfer of value-nya diabaikan. Guru kreatif bukanlah guru yang selesai mengajar diteruskan dengan ngerumpi atau ngobrol-ngobrol tak karuan sambil balakecrakan makan-makan di kantin sekolah atau di kantor. Yang diobrolkan oleh para guru kreatif adalah perbincangan atau tema yang aktual dan up to date yang menjurus pada bagaimana mutu pendidikan ini bisa ditingkatkan pencapaian keberhasilannya. Guru yang selalu berdiskusi dengan teman-temannya membicarakan bagaimana cara meningkatkan kompetensi keguruannya (kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial).    

Guru kreatif jarang mengeluh atau tidak pernah berkeluh kesah tentang kehidupan pribadi dan keluarganya di depan kelas, justru mereka seringnya memuaskan hati anak didiknya dengan tetap tampil fresh, menarik, menyenangkan, dan selalu punya spirit untuk memberi bukan meminta. Pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru kreatif adalah pendekatan student centered (terpusat pada peserta didik), bukan teacher centered (terpusat pada guru). Ia senantiasa memberi kesempatan seluas-luasnya pada peserta didik untuk mengembangkan potensinya. Guru kreatif memberi kemudahan atau fasilitas pada anak didiknya untuk berkreatifitas. Guru kreatif membuat peserta didik menjadi kreatif. Peserta didik menjadi kreatif salah satunya karena terdorong oleh pengamatan mereka yang melihat gurunya kreatif.

Guru kreatif punya dinamika (dinamis), senang akan perubahan dan selalu terpacu untuk berubah. Firman Allah SWT dalam Surat Ar-Ra’du ayat 11 (…Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaanyang ada pada diri mereka sendiri…) senantiasa menjadi motivasi untuk merubah diri. Dirinya mempunyai sebuah prinsip: “Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini”.

Guru kreatif senang membaca ‘tanda-tanda zaman’ dan senantiasa mencermati laju perkembangan zaman. Buku, majalah, koran, dan televisi menjadi ‘makanan’ sehari-harinya. Tentunya media-media tersebut penggunaan dan pemanfaatannya dilakukan secara selektif, tidak taken all tanpa pemilahan. Guru kreatif tidak terbawa oleh efek negatif dari pesatnya perkembangan IPTEK. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang positif diresponnya dengan melakukan sesuatu yang positif pula. Ia melek teknologi (Metek), tidak gagap teknologi (Gaptek). Adanya internet dijadikan sarana oleh dirinya untuk memperluas wawasan, sebagai sumber pengayaan referensi, sehingga guru kreatif mempunyai ilmu pengetahuan yang luas dan sikap yang luwes (fleksibel).

Akhirnya, guru kreatif adalah guru yang berlomba-lomba dalam kebaikan (ber-fastabiqul khairaat), bukan guru yang berlomba-lomba dalam kemungkaran (ber-fastabiqul munkaraat). Semoga kita, khususnya para guru, termotivasi untuk menjadi guru kreatif. Meskipun sudah menjadi guru kreatif, tetaplah kita rendah hati (tawadhu) dan selalu ingin berbagi (sharing), menularkan dan mendakwahkan ilmu serta pengalamannya kepada orang lain sehingga termasuk manusia yang menurut sabda Rasul SAW: “Khairun Naasi Anfa’uhum Linnaasi”. Sebaik-baiknya manusia adalah orang yang bermanfaat bagi orang lain. Amin. (Dimuat di Koran Harian Pagi Radar Tasikmalaya)


Tags:
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori :

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website